Senin, 18 Januari 2010

Belajar mendeskripsikan sesuatu....

Break sebentar dari berpuisi ria ya, soalnya inspirasi belum mengunjungi saya dan saya lagi ga bisa jemput puisinya dari alam bawah sadar saya...haha....jadi saya akan berbagi tentang sesuatu ini dia..cekedot..(check it out maksudnya...)

Cerita dalam sebuah novel tidak akan terasa hidup bila tidak menggambarkan secara lengkap keadaan sekitar tempat kejadian (setting) cerita pada saat tokoh sedang berbicara dan melakukan sesuatu. Seorang penulis haruslah pandai merangkai kata kata agar kedaan sekitar (setting) cerita dapat ditangkap / dibayangkan oleh pembaca.

Bayangkan saja bagaimana secara detailnya seorang penulis menggambarkan sebuah ruangan….
Dia menggambarkannya secara penuh (sebagai sudut pandang orang pertama, seakan akan dia melihatnya sendiri atau sudut pandang orang ketiga) terlebih dahulu agar pembaca tahu keadaan sekitar,
Atau dia menggambarkannya secara bertahap (digambarkan secara kronologis mengikuti tindak tanduk tokoh berurutan, kesannya agar terasa lebih misterius dan tersembunyi.)

Menggambarkan keadaan sekitar setting cerita tokoh dapat dengan cara penyampaian lewat dialog antar tokoh(sudut pandang orang pertama), prolog(sudut pandang orang ketiga), dan campuran.

Bahkan Seorang penulis dapat menggambarkan suatu benda dengan cara yang unik dan berbeda, misalnya menggambarkan sebuah bangku
Cara 1.prolog
Bangku itu terlihat sangat rapuh,kaki-kakinya berlubang digerogoti rayap rayap,hingga kulitnya yang semula berpelitur itu terlihat begitu kusam kering,cat yang menempel di permukaannya mengelupas,ditambah sisa sisa tangan jahil yang meninggalkan coretan coretan tak penting bertuliskan “I love u” dan “ hidup rock n roll” menambah derita sang bangku itu sendiri.
Cara 2.prolog + adegan tokoh (penggambaran secara bertahap)
Sumiyati terperangah melihat bangku kesayangannya waktu kecil pemberian sang ayah.Bangku itu seperti kehilangan nyawa.Sumiyati yang tak tahan menahan rindu, tangannya membelai sang bangku pujaannya,tangannya tersapu debu debu kotor yang menempel di kulit bangku,ingatnya dulu kursi itu sering ia geret kemana mana, ia coba geret, tapi ketika tangannya menggerakkan bangku itu, berjatuhan pula serbuk seruk kayu di atas lantai, kemudian matanya menoleh ke kaki bangku, kasihan dalam hatinya, kaki kaki itu telah lumpuh, seperti terkena diabetes, rayap rayap yang menghuni habis memakan tubuh bangku itu satu persatu entah jadi apa nanti bangku kesayangannya itu,kemudian tersentak oleh kenangan masa remajanya kala itu, ia dan sang pacar pernah menggoreskan pena berkata mesra, dicarinya di bawah bangku,ah ternyata ada,tulisan itu terletak di sana karena sang ayah yang tidak setuju akan bunyinya yaitu “I love u”,bagaimana mungkin anak seumur ia waktu itu sudah punya pacar, mana mungkin ayahnya yang militerian itu setuju.cat berwarna ungu kesukaannya kini telah menua seiring waktu berubah menjadi hitam,terkelupas dan retak.
Cara 3.dialog (antar) tokoh
Tono kekasih sumiyati berkata “sum buat apa lagi kau bawa bangku itu, lihat ia,kaki-kakinya telah rapuh digerogoti rayap rayap rakus, kau mau rumah kita habis…).Sumiyati menolak larangan tono “mas kau tidak ingat ini?” tangannya mengarah ke pantat bangku “disana kau mencurahkan perasaanmu kepadaku…tanpa sepengetahuan ayah di kursi pemberiannya!”tono membaca tulisan yang berbunyi “I love u”,tulisannya waktu umur 10,tapi tono yang mementingkan logikanya lebih memilih untuk berkata “kau terlalu sentimental, sum. Ini sudah 2010 , kursi itu sudah ada di rumah ayahmu sejak tahun 1990…bisakah kau lihat warna kursi itu yang telah memudar…dulu ungu memang,warna kesukaanmu, tapi kini lihat…lihat…hitam terkelupas retak…”

Jadi intinya, penulis ingin menyampaikan kondisi sekitar tokoh, apakah pembaca lebih suka dengan cara 1 atau cara 2 atau bahkan cara 3 yang lebih panjang dan detail, itu adalah ketertarikan pribadi masing masing...

Cara 1 lebih singkat dan jelas,cara 2 lebih hidup ( pendeskripsian diceritkan berurut sesuai tindak tanduk tokoh),cara ketiga lebih hidup (karena dialog digambarkan sesuai watak tokoh, terdapat luapan perasaan yang gaib seolah olah kita mendengar percakapan antar tokoh, pada pendeskripsiannya digambarkan tokoh tono yang bersifat rasional, sedangkan sumiyati sentimental, bagaimana sentimentilnya sumiyati menggambarkan tulisan “I love u” lewat kata katanya di dialog. Dan tono menggambarkan kondisi kursi yang benar benar sudah tidak terpakai dan rusak berat dengan kata katanya yang berbau ironi (“kau terlalu sentimentil, sum.Ini sudah tahun 2010, bangku itu sudah ada di rumah ayahmu sejak tahun 1990” dan “ buat apalagi kau bawa bangku itu, sum.kau mau rumah kita habis? Lihat ia, kaki-kakinya telah rapuh digerogoti rayap rayap rakus.”)

Bagaimana kamu mendeskripsikan sesuatu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar